Beranda | Artikel
Berpuasa Di Newcastle
Jumat, 3 Juli 2015

Saya menjalani puasa tahun ini dengan suasana yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1436 H ini, Allah mentakdirkan saya untuk berpuasa di salah satu kota yang berada di bagian utara Inggris, Newcastle upon Tyne.

Tantangan Berpuasa di Newcastle

Bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan puncak musim panas 2015. Berpuasa di musim panas di Newcastle, memberikan tantangan sendiri bagi saya. Memang, meskipun musim panas di sini tidak sampai sepanas kota-kota di Indonesia, namun puncak musim panas bermakna bahwa siang-siangnya merupakan siang terpanjang sepanjang tahun. Rata-rata puasa di Newcastle pada tahun ini lebih dari 19 jam setiap harinya. Waktu subuh tiba sebelum pukul 3 pagi dan waktu magrib datang hampir sekitar pukul 10 malam. Waktu malam yang tersisa lima jam, harus secara bijak digunakan untuk berbuka, shalat Magrib dan Isya, shalat Tarawih, dan sahur. Tantangan lain dari berpuasa di musim panas adalah tantangan untuk menjaga pandangan yang lebih ekstra jika harus beraktifitas di luar rumah. Hal tersebut karena masyarakat Inggris biasa menggunakan pakaian yang serba mini dan serba terbuka pada waktu ini.

Berbuka puasa bersama dan melaksanakan shalat tarawih pada waktu yang cukup larut di masjid-masjid, memberikan tantangan lainnya bagi kaum muslimin di Newcastle. Pada saat saya menulis ini, solat tarawih di Newcastle Central Mosque dilaksanakan mulai pukul 11.30 malam dan berakhir sekitar pukul 00.30. Artinya, waktu tersebut bertepatan dengan jam istirahat bagi penduduk lokal, sehingga hal tersebut menghadirkan tantangan bagi kaum muslimin (terkhusus bagi anak-anak) untuk menjaga ketertiban dan ketenangan di lingkungan sekitar masjid.

Tantangan lainnya yang tidak kalah berat adalah bagaimana menjaga produktifitas kerja selama Ramadan, terkhusus dalam pekerjaan-pekerjaan yang mengharuskan adanya interaksi dengan non-muslim. Kaum muslimin harus mampu menjaga citranya selama bulan Ramadan agar jangan sampai karena berpuasa seorang muslim kemudian terganggu aktifitas dan produktifitasnya, sehingga membuat citra yang jelek di mata non-muslim.

Euforia Ramadan di Newcastle

Meski tidak sesemarak di Indonesia, euforia Ramadan di Newcastle cukup terasa bagi saya pribadi. Beberapa supermarket di Newcastle memberikan special offer untuk bulan Ramadan dan membuat section khusus berlabel “Ramadan Mubarak” di supermarket mereka. Beberapa minggu sebelum Ramadan, di rumah saya juga sempat mendapatkan selebaran special offer for Ramadan dari salah satu supermarket kenamaan di Newcastle.

Euforia itu akan lebih terasa apabila menilik ke masjid-masjid yang ada di Newcastle. Masjid-masjid selama bulan Ramadan cenderung jauh lebih ramai (bahkan penuh) pada shalat-shalat wajib dan shalat tarawih. Setiap hari pada bulan Ramadan, masjid-masjid tersebut juga melaksanakan acara buka bersama. Bagi pelajar muslim yang belum berkeluarga, pengeluaran untuk konsumsi selama Ramadan bisa diminimalisir karena adanya acara buka bersama tersebut dan sisa makanan yang ada juga bisa dibawa pulang untuk sahur.

Respon Masyarakat Inggris atas Ramadan dan Peluang Dakwah

Perdana Mentri Inggris secara resmi mengucapkan selamat berpuasa kepada kaum muslimin di Inggris tepat satu hari sebelum Ramadan tiba. Video dan transkrip ucapan David Cameron tersebut bisa dilihat di alamat berikut: https://www.gov.uk/government/news/ramadan-2015-david-camerons-message.

Selain itu, di masjid saya juga mendapatkan selebaran dari NHS (National Health Service) tentang tips-tips menjalani puasa dari sisi kesehatan. Tips tersebut ternyata juga tersedia online di halaman resmi NHS pada alamat berikut: http://www.nhs.uk/livewell/healthyramadan/Pages/healthyramadanhome.aspx.

Artinya, pemerintah Inggris melalui layanan kesehatannya telah memberikan perhatian terhadap ibadah puasa yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di Inggris.

Pada tataran individu, banyak kisah yang ditemui tentang bagaimana masyarakat Inggris merespon terhadap ibadah puasa yang dijalankan oleh kaum muslimin. Saya pribadi cukup kaget ketika supervisor penelitian saya tiba-tiba menyarankan saya untuk berpuasa mengikuti waktu Mekah agar bisa lebih ringan (sebagian cendekiawan muslim di Inggris berpendapat boleh untuk mengikuti waktu Mekah, namun mendapat penentangan yang keras dari banyak Ulama).

Banyak pula kisah yang ditemui ketika penduduk Inggris yang non-muslim mengetahui bahwa kaum muslimin sedang berpuasa, mereka kemudian bertanya-tanya tentang alasan kenapa kaum muslimin mau berlapar dalam waktu yang cukup lama selama satu bulan. Ketika ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu lah, kaum muslimin berkesempatan untuk mengenalkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam ibadah puasa, atau yang lebih umum, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran Islam. Hal tersebut juga kemudian yang dilakukan oleh beberapa kaum muslimin dalam beberapa wawancara tentang bulan Ramadan yang dilakukan oleh BBC yang pernah saya dengar. Selain itu, terdapat program Ramadan Challenge yang diinisiai beberapa ikhwah di Inggris untuk mengajak penduduk asli Inggris yang non-muslim agar mau ikut mencoba bagaimana rasanya berpuasa. Banyak yang kemudian tertarik untuk mencoba dan pada akhirnya mengerti nilai-nilai positif di balik ajaran berpuasa selain mendekatkan diri pada Sang Pencipta, seperti melatih kedisiplinan, meningkatkan kepekaan terhadap mereka yang tidak berkecukupan, dan menambah kesempatan untuk melakukan aktifitas sosial.

Semoga syiar dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarkat Inggris. Amin.

***

Selesai ditulis di Islamic Society Office, Newcastle University. 20:58 BST, 15 Ramadan 1436 H/02 Juli 2015.

Penulis: Muhammad Rezki Hr.

Artikel Muslim.or.id

🔍 Hadits Tentang Anak Perempuan, Media Islam Terpercaya, Dr Sufyan Baswedan, Ayat Alquran Tentang Wudhu, Buku Masuk Surga Sekeluarga


Artikel asli: https://muslim.or.id/25965-berpuasa-di-newcastle.html